Sebelum masuk ke
pembahasan yang lebih mendalam, sebaiknya kita mengenal pengertian istilah
packet switching, virtual circuit dan datagram. Selanjutnya fokus pembahasan
bab ini meliputi mekanisme dan algoritma routing, traffic control, internetworking
dan pembahasan tentang protokol internet
Untuk membantu
pemahaman, beberapa pembahasan routing akan mengacu ke gambar jaringan berikut
(gambar 7.1). Rute-rute pada jaringan tersebut menghubungkan 6 titik
(node).
Gambar 4.1. Rute jaringan 6 titik
7.1 Prinsip Packet
Switching, Virtual Circuit dan Datagram
Pada hubungan Circuit Switching, koneksi biasanya
terjadi secara fisik bersifat point to point. Kerugian terbesar dari teknik ini
adalah penggunaan jalur yang bertambah banyak untuk jumlah hubungan yang
meningkat. Efek yang timbul adalah cost
yang akan semakin meningkat di samping pengaturan switching menjadi sangat
komplek. Kelemahan yang lain adalah munculnya idle time bagi jalur yang tidak digunakan. Hal ini tentu akan
menambah inefisiensi. Model circuit
switching, karena sifatnya, biasanya mentransmisikan data dengan kecepatan
yang konstan, sehingga untuk menggabungkan suatu jaringan dengan jaringan lain
yang berbeda kecepatan tentu akan sulit diwujudkan.
Pemecahan yang baik yang
bisa digunakan untuk mengatasi persoalan di atas adalah dengan metoda data switching. Dengan pendekatan ini,
pesan yang dikirim dipecah-pecah dengan besar tertentu dan pada tiap pecahan
data ditambahkan informasi kendali. Informasi kendali ini, dalam bentuk yang
paling minim, digunakan untuk membantu proses pencarian rute dalam suatu
jaringan ehingga pesan dapat sampai ke alamat tujuan. Contoh
pemecahan data menjadi paket-paket data ditunjukkan pada gambar.
Gambar 7.2 Pemecahan Data menjadi paket-paket
Penggunaan Data
Switching mempunyai keuntungan dibandingkan dengan penggunaan Circuit switching
antara lain :
1. Efisiensi jalur lebih besar karena
hubungan antar node dapat menggunakan jalur yang dipakai bersama secara dianmis
tergantung banyakanya paket yang dikirm.
2. Bisa mengatasi permasalah data rate yang berbeda antara dua jenis jaringan
yang berbeda data rate-nya.
3. Saat beban lalulintas menignkat, pada model circuit switching, beberapa pesan yang akan ditransfer dikenai
pemblokiran. Transmisi baru dapat dilakukan apabila beban lalu lintas mulai
menurun. Sedangkan pada model data
switching, paket tetap bisa dikirimkan, tetapi akan lambat sampai ke tujuan
(delivery delay meningkat).
4. Pengiriman dapat dilakukan berdasarkan prioritas data. Jadi dalam suatu antrian paket yang akan dikirim,
sebuah paket dapat diberi prioritas lebih tinggi untuk dikirm dibanding paket
yang lain. Dalam hal ini, prioritas yang lebih tinggi akan mempunyai delivery
delay yang lebih kecil dibandingkan paket dengan prioritas yang lebih rendah.
Virtual circuit eksternal dan internal
Virtual Circuit pada
dasarnya adalah suatu hubungan secara logik yang dibentuk untuk menyambungkan
dua stasiun. Paket dilabelkan dengan nomor sirkit maya dan nomor urut. Paket
dikirimkan dan datang secara berurutan. Gambar berikut ini menjelaskan
keterangan tersebut.
Gambar 7.3.Virtual Circuit eksternal
Stasiun A
mengirimkan 6 paket. Jalur antara A dan B secara logik disebut sebagai jalur 1,
sedangkan jalur antara A dan C disebut sebagai jalur 2. Paket pertama yang akan
dikirimkan lewat jalur 1 dilabelkan sebagai paket 1.1, sedangkan paket ke-2
yang dilewatkan jalur yang sama dilabelkan sebagai paket 1.2 dan paket terakhir
yang dilewatkan jalur 1 disebut sebagai paket 1.3. Sedangkan paket yang pertama
yang dikirimkan lewat jalur 2 disebut sebagai paket 2.1, paket kedua sebagai
paket 2.2 dan paket terakhir sebagai paket 2.3 Dari gambar tersebut kiranya
jelas bahwa paket yang dikirimkan diberi label jalur yang harus dilewatinya dan
paket tersebut akan tiba di stasiun yang dituju dengan urutan seperti urutan
pengiriman.
|
|
|
Secara internal rangkaian maya ini bisa digambarkan sebagai suatu jalur
yang sudah disusun untuk berhubungan antara satu stasiun dengan stasiun yang
lain. Semua paket dengan asal dan tujuan yang sama akan melewati jalur yang
sama sehingga akan samapi ke stasiun yang dituju sesuai dengan urutan pada saat
pengiriman (FIFO). Gambar berikut menjelaskan tentang sirkit maya internal.
Gambar 7.4. Virtual Circuit
internal
Gambar 7.4
menunjukkan adanya jalur yang harus dilewati apabila suatu paket ingin
dikirimkan dari A menuju B (sirkit maya 1 atau Virtual Circuit 1 disingkat VC #1). Sirkit ini dibentuk denagan
rute melewati node 1-2-3. Sedangkan untuk mengirimkan paket dari A menuju C
dibentuk sirkit maya VC #2, yaitu rute yang melewati node 1-4-3-6.
Datagram eksternal dan internal
Dalam bentuk
datagram, setiap paket dikirimkan secara independen. Setiap paket diberi label
alamat tujuan. Berbeda dengan sirkit maya, datagram memungkinkan paket yang
diterima berbeda urutan dengan urutan saat paket tersebut dikirim. Gambar 5.5
berikut ini akan membantu memperjelas ilustrasi.
Jaringan mempunyai
satu stasiun sumber, A dan dua stasiun tujuan yakni B dan C. Paket yang akan
dikirimkan ke stasiun B diberi label alamat stasiun tujuan yakni B dan ditambah
nomor paket sehingga menjadi misalnya B.1, B.37, dsb. Demikian juga paket yang
ditujukan ke stasiun C diberi label yang serupa, misalnya paket C.5, C.17, dsb.
Gambar 7.5 Datagram
eksternal
Dari gambar 7.5,
stasiun A mengirimkan enam buah paket. Tiga paket ditujukan ke alamat B. Urutan
pengiriman untuk paket B adalah paket B.1, Paket B.2 dan paket B.3. sedangkan
tiga paket yang dikirimkan ke C masing-masing secara urut adalah paket C.1,
paket C.2 dan paket C.3. Paket-paket tersebut sampai di B dengan urutan
kedatangan B.2, paket B.3 dan terakhir paket B.1 sedangan di statiun C, paket
paket tersebut diterima dengan urutan C.3, kemudian paket C.1 dan terakhir
paket C.2. Ketidakurutan ini lebih disebabkan karena paket dengan alamat tujuan
yang sama tidak harus melewati jalur yang sama. Setiap paket bersifat
independen terhadap sebuah jalur. Artinya sebuah paket sangat mungkin untuk
melewati jalur yang lebih panjang dibanding paket yang lain, sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk sampai ke alamat tujuan berbeda tergantung rute yang
ditempuhnya. Secara internal datagram dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 7.6. Datagram internal
Sangat dimungkinkan
untuk menggabungkan antara keempat konfigurasi tersebut menjadi beberapa
kemungkinan berikut.
·
Virtual
Circuit
eksternal, virtual circuit internal
·
Virtual
Circuit
eksternal, Datagram internal
·
Datagram eksternal, datagram internal
·
Datagram eksternal, virtual circuit internal
7.2.
Routing
Fungsi utama dari
jaringan packet-switched adalah menerima paket dari stasiun pengirim
untuk diteruskan ke stasiun penerima. Untuk keperluan ini, suatu jalur atau
rute dalam jaringan tersebut harus dipilih, sehingga akan muncul lebih dari
satu kemungkinan rute untuk mengalirkan data. Untuk itu fungsi dari routing
harus diwujudkan. Fungsi routing sendiri harus mengacu kepada nilai nilai
antara lain : tanpa kesalahan, sederhana, kokoh, stabil, adil dan optimal
disamping juga harus mengingat perhitungan faktor efisiensi.
Untuk membentuk routing, maka harus mengetahui unsur-unsur
routing, antara lain :
-
Kriteria Kinerja :
-
Jumlah hop
-
Cost
-
Delay
-
Througput
-
Decision Time
-
Paket (datagram)
-
Session (virtual Circuit)
-
Decision Place
-
Each Node (terdistribusi)
-
Central Node (terpusat )
-
Originating Node
-
Network Information source
-
None
-
Local
-
Adjacent nodes
-
Nodes along route
-
All Nodes
-
Routing Strategy
-
Fixed
-
Flooding
-
Random
-
Adaptive
-
Adaptive Routing Update Time
-
Continuous
-
Periodic
-
Major load change
-
Topology change
Algoritma
Routing
Forward-search algorithm
dinyatakan sebagai menentukan jarak terpendek dari node awal yang ditentukan ke
setiap node yang ada.Algoritma diungkapkan dalam stage. Dengan k buah stage,
jalur terpendek node k terhadap node
sumber ditentukan. Node-node ini ada dalam himpunan N. Pada stage ke (k+1),
node yang tidak ada dalam M yang mempunyai jarak terpendek terhadap sumber
ditambahkan ke M. Sebagai sebuah node yang ditambahkan dalam M, maka jalur dari
sumber menjadi terdefinisi.
Algoritma ini
memiliki 3 tahapan :
1.
Tetapkan M={S}. Untuk tiap node nÃŽN-S, tetapkan C1(n)=l(S,n).
2.
Cari WÃŽN-M sehingga
C1(W) minimum dan tambahkan ke M. Kemudian C1 (n) = MIN[C1(n),
C1(W) + l(W,n) untuk tiap node nÃŽN-M. Apabila pada pernyataan terakhir bernilai minimum,
jalur dari S ke n sebagai jalur S ke W memotong link dari W ke n.
3.
Ulang langkah 2 sampai M=N.
Keterangan
:
N
= himpunan node dalam jaringan
S
= node sumber
M = himpunan node yang dihasilkan oleh algoritma
l(I,J) = link cost dari node ke I sampi node ke j, biaya
bernilai ¥ jika node tidak secara langsung terhubung.
C1(n) : Biaya dari jalur biaya terkecil dari S ke n yang
dihasilkan pada saat algoritma dikerjakan.
Tabel berikut ini
memperlihatkan hasil algoritma terhadap gambar di muka. Dengan menggunakan S=1.
Tabel 7.1
Hasil forward search algorithm
Backward search
algorithm
Menentukan jalur biaya
terkecil yang diberikan node tujuan dari semua node yang ada. Algoritma ini
juga diproses tiap stage. Pada tiap stage, algoritma menunjuk masing-masing
node.
Definisi yang
digunakan :
N = Himpunan node
yang terdapat pada jaringan
D= node tujuan
l(i,j) = seperti
keterangan di muka
C2(n) =
biaya dari jalur biaya terkecil dari n ke D yang dihasilkan saat algoritma
dikerjakan.
Algoritma
ini juga terdiri dari 3 tahapan :
1. Tetapkan C2(D)=0. Untuk tiap node nÃŽN-D, tetapkan C2(n) =¥.
2. Untuk tiap node nÃŽN-D, tetapkan C2(n)=MIN WÃŽN[C2(n), C2(W) + l(n,W)]. Apabila
pada pernyataan terakhir bernilai minimum, maka jalur dari n ke D saat ini
merupakan link dari n ke W dan menggantikan jalur dari W ke D
3. Ulangi langkah ke –2 sampai tidak ada cost yang berubah.
Tabel berikut adalah
hasil pengolahan gambar 1 dengan D=1
Tabel 7.2
Hasil backward search algorithm
Strategi Routing
Terdapat beberapa
strategi untuk melakukan routing, antara lain :
- Fixed Routing
Merupakan cara routing yang paling sederhana. Dalam hal ini rute bersifat tetap, atau
paling tidak rute hanya diubah apabila topologi jaringan berubah. Gambar
berikut (mengacu dari gambar 1) memperlihatkan bagaimana sebuah rute yang tetap
dikonfigurasikan.
Gambar 7.7. Direktori untuk fixed
routing
Kemungkinan rute yang bisa dikonfigurasikan, ditabelkan sebagai berikut :
Gambar 7.8 Direktori masing-masing node
Tabel
ini disusun berdasar rute terpendek (menggunakan least-cost algorithm). Sebagai
misal direktori node 1. Dari node 1 untuk mencapai node 6, maka rute terpendek
yang bisa dilewati adalah rute dari node 1,4,5,6. Maka pada tabel direktori
node 1 dituliskan destination = 6, dan next node = 4.
Keuntungan
konfigurasi dengan rute tetap semacam ini adalah bahwa konfigurasi menajdi
sederhana. Pengunaan sirkit maya atau datagram tidak dibedakan. Artinya semua
paket dari sumber menuju titik tujuan akan melewati rute yang sama. Kinerja
yang bagus didapatkan apabila beban bersifat tetap. Tetapi pada beban yang
bersifat dinamis, kinerja menjadi turun. Sistem ini tidak memberi tanggapan
apabila terjadi error maupun kemacetan jalur.
-
Flooding
Teknik routing yang lain yang dirasa sederhana adalah flooding. Cara kerja
teknik ini adalah mengirmkan paket dari suatu sumber ke seluruh node
tetangganya. Pada tiap node, setiap paket yang datang akan ditransmisikan
kembali ke seluruh link yang dipunyai kecuali link yang dipakai untuk menerima
paket tersebut. Mengambil contoh rute yang sama, sebutlah bahwa node 1 akan
mengirimkan paketnya ke node 6. Pertamakali node 1 akan mengirimkan paket
keseluruh tetangganya, yakni ke node 2, node 4 dan node 5 (gambar 7.9)
Gambar 7.9. Hop pertama.
Selanjutnya operasi terjadi pada node 2, 3 dan 4. Node 2 mengirimkan paket
ke tetangganya yaitu ke node 3 dan node 4. Sedangkan node 3 meneruskan paket ke
node 2,4,5 dan node 6. Node 4 meneruskan paket ke node 2,3,5. Semua node ini
tidak mengirimkan paket ke node 1. Ilustrasi tersebut digambarkan pada gambar 7.10.
Gambar 7.10 Hop kedua
Pada saat ini jumlah
copy yang diciptakan berjumlah 9 buah. Paket-paket yang sampai ke titik tujuan,
yakni node 6, tidak lagi diteruskan.
Posisi terakhir node-node yang menerima paket dan harus meneruskan adalah
node 2,3,4,5. Dengan cara yang sama masing-masing node tersebut membuat copy
dan memberikan ke mode tetangganya. Pada saat ini dihasilkan copy sebanyak 22.
Gambar 7.11. Hop ketiga
Terdapat dua catatan
penting dengan penggunaan teknik flooding ini, yaitu :
1. Semua rute yang dimungkinkan akan dicoba. Karena itu teknik ini memiliki
keandalan yang tinggi dan cenderung memberi prioritas untuk
pengiriman-pengiriman paket tertentu.
2. Karena keseluruhan rute dicoba, maka akan muncul paling tidak satu buah
copy paket di titik tujuan dengan waktu paling minimum. Tetapi hal ini akan
menyebakan naiknya bebean lalulintas yang pada akhirnya menambah delay bagi
rute-rute secara keseluruhan.
Random Routing
Prinsip utama dari
teknik ini adalah sebuah node memiliki hanya satu jalur keluaran untuk
menyalurkan paket yang datang kepadanya. Pemilihan terhadap sebuah jalur
keluaran bersifat acak. Apabila link yang akan dipilih memiliki bobot yang
sama, maka bisa dilakukan dengan pendekatan seperti teknik round-robin.
Routing ini adalah mencari probabilitas untuk tiap-tiap outgoing link dan memilih link berdasar
nilai probabilitasnya. Probabilitas bisa dicari berdasarkan
data rate, dalam kasus ini didefisinikan sebagai
Di mana :
Pi = probabilitas pemilihan i
Rj = data rate pada link j
Penjumlahan
dilakukan untuk keseluruhan link outgoing.
Skema seperti ini memungkinkan distribusi lalulintas yang baik. Seperti teknik flooding, Random routing tidak memerlukan informasi
jaringan, karena rute akan dipilih dengan cara random.
Adaptive Routing
Strategi routing
yang sudah dibahas dimuka, tidak mempunyai reaksi terhadap perubanhan kondisi
yang terjadi di dalam suatu jaringan. Untuk itu pendekatan dengan strategi
adaptif mempunyai kemapuan yang lebih dibandingkan dengan beberapa hal di muka.
Dua
hal yang penting yang menguntungkan adalah :
· Strategi
routing adaptif dapat meningkatkan performance seperti apa yang keinginan user
· Strategi adaptif dapat membantu kendali lalulintas.
Akan tetapi,
strategi ini dapat menimbulkan beberapa akibat, misalnya :
- Proses pengambilan keputusan untuk menetapkan rute menjadi sangat rumit
akibatnya beban pemrosesan pada jaringan meningkat.
-
Pada kebanyakan kasu,
strategi adaptif tergantung pada informasi status yang dikumpulkan pada satu
tempat tetapi digunakan di tempat lain. Akibatnya
beban lalu lintas meningkat
-
Strategi adaptif bisa memunculkan masalah
seperti kemacetan apabila reaksi yang terjadi terlampau cepat, atau menjadi
tidak relevan apabila reaksi sangat lambat.
Kategori Strategi Adaptif dapat dibagi
menjadi :
- Isolated adaptive : informasi lokal, kendali
terdistribusi
- Distributed Adaptive : informasi dari node yang
berdekatan, kendali terdistribusi
- Centralized Adaptive : informasi dari selluruh node, kendali terpusat
Kendali lalu lintas
Konsep kendali
lalulintas dalam sebuah jaringan packet-switching
adalah komplek dan memiliki pendekatan yang banyak. Mekanisme kendali lalulintas sendiri
mempunyai 3 tipe umum, yaitu flow
control, congestion control dan
deadlock avoidance.
Flow Control digunakan untuk mengatur aliran data dari dua titik. Flow control juga digunakan untuk hubungan yang bersifat indirect, seperti misal dua titik dalam
sebuah jaringan packet-switching di
mana kedua endpoint-nya merupakan
sirkit maya. Secara fundamental dapat dikatakan bahwa fungsi dari flow control adalah untuk memberi
kesempatan kepada penerima (receiver) agar dapat mengendalikan laju penerimaan
data, sehingga ia tidak terbanjiri oleh limpahan data.
Congestion Control digunakan untuk menangani terjadinya kemacetan. Terjadinya kemacetan bisa
diterangkan lewat uraian berikut. Pada dasarnya, sebuah
jaringan packet-switched adalah jaringan antrian. Pada masing-masing node,
terdapat sebuah antrian paket yang akan dikirimkan ke kanal tertentu. Apabila
kecepatan datangya suatu paket dalam sebuah antrian lebih besar dibandingkan
kecepatan pentransferan paket, maka akan muncul efek bottleneck. Apabila
antrian makin panjang dan jumlah node yang menggunakn kanal juga bertambah,
maka kemungkinan terjadi kemacetan sangat besar.
Permasalahan yang
serius yang diakibatkan efek congestion adalah deadlock, yaitu suatu kondisi di mana sekelompok node tidak bisa
meneruskan pengiriman paket karena tidak ada buffer yang tersedia. Teknik deadlock
avoidance digunakan untuk mendisain jaringan sehingga deadlock tidak terjadi.
Bentuk deadlock yang paling sederhana adalah direct store-and-forward deadlock. Pada
gambar 7.12(a) memperlihatkan situasi bagaimana antara node A dan node B
berinteraksi di mana kedua buffer penuh dan deadlock terjadi.
Bentuk deadlock kedua
adalah indirect store-and-forward
deadlock(gambar 7.12(b)). Hal ini terjadi tidak pada sebuah link tunggal
seperti bentuk deadlock di muka. Pada tiap node, antrian yang ditujukan untuk
node terdekatnya bersifat searah dan menjadi penuh.
Bentuk deadlock yang
ketiga adalah reassembly deadlock.Situasi ini digambarkan pada 7.12(c) di mana
node C memiliki 4 paket terdiri dari paket 1 tiga buah dan sebuah paket 3. Seluruh buffer penuh dan tidak mungkin lagi menerima paket baru.
Gambar 7.12 Tipe-tipe deadlock
7.3 Internetworking
Ketika dua atau lebih jaringan bergabung dalam sebuah aplikasi, biasanya kita
sebut ragam kerja antar sistem seperti ini sebagai sebauh internetworking.
Penggunaaan istilah internetwork (atau juga internet) mengacu pada perpaduan
jaringan, misalnya LAN- WAN-LAN, yang digunakan. Masing-masing jaringan (LAN
atau WAN) yang terlibat dalam internetwork disebut sebagai subnetwork atau subnet.
Piranti yang digunakan untuk
menghubungkan antara dua jaringan, meminjam istilah ISO, disebut sebagai intermmediate
system (IS) atau sebuah internetworking unit (IWU).
Selanjutnya apabila fungsi utama dari sebuah intermmediate system adalah melakukan routing, maka piranti
dimaksud disebut sebagai router, sedangkan apabila tugas
piranti adalah menghubungkan antara dua tipe jaringan, maka disebut sebagai gateway.
Gambar 7.13 Router /gateway
Sebuah protocol
converter adalah sebuah IS yang menghubungkan dua jaringan yang bekerja
dengan susunan protokol yang sangat berlainan, misalnya menghubungkan antara
sebuah susunan protokol standar ISO dengan susunan protokol khusus dari vendor
dengan susunan tertentu. Protocol
converter dapat digambarkan seperti berikut ini :
Gambar 7.14 Protocol converter
Arsitektur internetworking
Arsitektur
internetwork diperlihatkan pada gambar berikut ini. Gambar 7.15 memperlihatkan
dua contoh dari tipe jaringan tunggal. Yang pertama (gambar 7.15a) adalah
site-wide LAN yang menggabungkan LAN satu gedung atau perkantoran yang
terhubung lewat sebuah jaringan backbone.
Untuk menggabungkan LAN dengan tipe yang sama menggunakan piranti bridge
sedangkan untuk jaringan yang bertipe beda menggunakan router.
Contoh yang kedua (gambar 7.15b) adalah sebuah WAN tunggal, seperti
jaringan X.25. Pada kasus ini, setiap pertukaran paket (DCE/PSE) melayani set
DCE sendiri, yang secara langsung lewat sebuah PAD, dan tiap PSE
terinterkoneksi oleh jaringan switching dengan topologi mesh.
Gambar (a) Gambar (b)
Gambar 7.15. Arsitektur internetwork
Gambar 7.16. Contoh Interkoneksi LAN/WAN
Network service
Pada sebuah LAN,
Alamat sublayer MAC digunakan untuk mengidentifikasi ES (stasiun / DTE), dengan
menggunakan untuk membentuk rute bagi frame antar sistem. Selebihnya, karena tunda
transit yang pendek dan laju kesalahan bit yang kecil pada LAN, sebuah protokol
jaringan tak terhubung sederhana biasanya digunakan. Artinya, kebanyakan LAN
berbasis jaringan connectionless network access (CLNS)
Berbeda dengan LAN,
alamat-alamat lapisan link pada kebanyakan WAN lapisan network digunakan untuk
mengidentifikasi ED dan membentuk rute bagi paket didalam suatu jaringan.
Karena WAN mempunyai transit yang panjang dan rentan terhadap munculnya error,
maka protokol yang berorientasi hubungan (koneksi) lebih tepat untuk digunakan.
Artinya, kebanyakan WAN menggunakan connection-oriented network service (CONS)
Gambar 7.17 Skema pelayanan jaringan internet
Pengalamatan
Alamat Network Service Access Point (NSAP) dipakai untuk mengidentifikasi sebuah
NS_user dalam suatu end system (ES) adalah sebagai alamat network-wide unik
yang membuat user teridentifikasi secara unik dalam keseluruhan jaringan. Dalam
sebuah LAN atau WAN, alamat NSAP harus unik (dengan suatu batasan) di dalam
domain pengalamatan jaringan tunggal. Alamat NSAP dari NS_user dibangun dari
alamat point of attachtment (PA) yang digabung dengan LSAP (link) dan selector
alamat interlayer NSAP (network) dalam sistem.
Gambar 7.18 Hubungan antara alamat NSAP dan NPA
Untuk sebuah internet
yang terbentuk dari beberapa jaringan dengan tipe yang berlainan, sebgai contoh
LAN dengan X.25 WAN, mempunyai fornmat (susunan) dan sintaks yang berbeda
dengan alamat PA dari end system atau ES (dalam hal ini juga IS). Apabila
terdapat beberapa jaringan yang terhubung, maka alamat network point of
attatchment (NPA) tidak bisa digunakan
sebagai dasar alamat NSAP dari NS_user. Untuk pembentukan sebuah open system
internetworking environment (OSIE), maka NSAP dengan susunan yang berbeda harus
digunakan untk mengidentifkasi NS_user. Pengalamatan baru ini bersifat
independen dari alamat NPA. Hubungan antara alamat NSAP dan NPA ditunjukkan
pada gambar 7.18. Terlihat bahwa terdapat dua alamat yang sama sekali berbeda
untuk masing-masing ESyang terhubung ke internet yaitu NPA dan NSAP. Almat NPA
memungkinkan sistem melakukan pengiriman dan penerimaan NPDU dilingkungan
lokal, sedangkan alamat NSAP berlaku untuk identifikasi NS_user dalam sebuah
jaringan yang lebih luas (internetwide atau keseluruhan OSIE). Apabila sebuah
IS terhubung ke lebih dari sebuah jaringan, ia harus memiliki alamat sesuai
dengan NPA untuk masing-masing jaringan yang dimasukinya.
Susunan Lapisan Network
Aturan dari lapisan
jaringan untk tiap-tiap End System adalah untuk membentuk hubungan end to end.
Bisa jadi hubgunan ini berbentuk CON atau CLNS. Dalam kedua bentuk tersebut,
NS_user akan berhubungan tidak peduli berapa banyak tipe jaingan yang terlibat.
Untuk itu diperlukan router.
Untuk mencapai
tujuan interkloneksi yang demikian ini, maka sesuai model referensi OSI,
lapisan network tiap-tiap ES dan IS tidak hanya terdiri dari sebuah protokol
tetapi paling tidak tiga (sublayer) protokol. Masing-masing protokol ini akan
membentuk aturan yang lengkap dalam sistem pelayanan antar lapisan jaringan.
Dalm terminologi ISO, masing-masing jaringan yang membangun internet yang
dikenal sebagai subnet, memliki tiga protokol penting yaitu :
-
Subnetwork
independent convergence Protocol (SNICP)
-
Subnetwork
dependent convergence protocol (SNDCP)
-
Subnetwork
dependent access protocol (SNDAP)
Susunan ketiga protokol tersebut dalam ES digambarkan dalam gambar 7.19.
Gambar 7.19(a) memperlihatkan bagian-bagian protokol tersebut dalam lapisan
network (NL), sedangkan gambar 7.19(b) memeperlihatkan hubungannya dengan
sebuah IS.
Gambar 7.19(a). Tiga buah protokol dalam NL
Gambar 7.19(b). Struktur IS
7.4. Standar Protokol
Internet
Beragam WAN tipe
X.25 dapat diinterkoneksikan dengan gateway berbasis X.75. Penggunaan sebuah
standar yang mespesifikasikan operasi protokol lapisan paket X.25 dalam LAN
berarti sebuah pendekatan internetworking dengan mengadopsi X.25 sebagai sebuah
protokol internetwide yang pada
akhirnya dapat bekerja dalam modus connection-oriented
atau mode pseudoconnectionless.
Pemecahan ini menarik karena fungsi-fungsi internetworking
terkurangi. Kerugian pendekatan ini adalah munculnya overhead pada paket X.25 menjadi tinggi dan throughput paket untuk jaringan ini menjadi rendah.
Pemecahan tersebut
mengadopsi ISO berdasar pada pelayanan internet
connectionless (connectionles internet service) dan sebuah associated connectionless SNICP. SNICP
didefinisikan dalam ISO 8475. Pendekatan ini dikembangkan oleh US Defense Advanced Research Project Agency
(DARPA). Internet yang dibangun pada awalnya diberi nama ARPANET, yang
digunakan untuk menghubungkan beberapa jaringan komputer dengan beberapa situs
penelitian dan situs universitas.
Gambar 7.20 Skema IP internetwide
Protokol internet
hanyalah sebuah protokol yang berasosiasi dengan deretan protokol lengkap
(stack) yang digunakan galam internet. Deretan protokol yang lengkap ini
dikenal dengan istilah TCP/IP,
meliputi protokol aplikasi dan protokol transport. Dua protokol yang menarik
untuk dikaji adalah jenis protokol Internet
Protocol atau dikenal sebagai IP
dan ISO Internet Protocol atau
dikenal sebagai ISO-IP atau ISO CLNP. Secara umum pendekatan dua
protokol ini dapat digambarkan pada gambar 4.20.
Internet Protocol
merupakan protokol internetwide yang dapat menghubungkan dua entitas protokol
transport yang berada pada ES atau host
yang berbeda agar dapat saling menukarkan unit-unit pesan (NSDU). Protokol
jenis ini sangat luas digunakan untuk internet jenis komersial maupun riset.
Jenis yang kedua
yaitu ISO-IP atau ISO CLNP menggunakan acuan
internetwide, connectionless dan subnetwork-independent convergence protocol.
Protokol ini didefinisikan secara lengkap di ISO 8473. Dalam sebuah protokol
internetworking yang lengkap, terdapat dua subnet yaitu inactive network protocol dan nonsegmenting
protocol. Model protokol jaringan modus connectionless
biasanya digunakan dalam LAN dan dginakankan untuk aplikasi-aplikasi jaringan
tunggal (dalam hal ini sumber dan tujuan tergabung dalam sebuah jaringan.
Sedangkan protokol nonsegmenting
(dalam terminologi IP disebut nonfragmenting)
digunakan dalam internet yang mengandung subnet dengan ukuran paket maksimum
yang tidak boleh lebih dari yang dibutuhkan oleh NS_user untuk mentransfer
data.